Candi Tegawangi terletak di Desa Tegowangi, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, sekitar 24 Km dari kota Kediri. Letaknya agak tersembunyi di kawasan perumahan penduduk, sekitar 1 km dari jalan raya, namun lingkungan di sekitar candi sudah tertata apik. Candi Hindu ini diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-14 atas perintah Raja Hayam Wuruk.
Tujuan pembangunannya adalah untuk meruwat (menghilangkan keburukan) Bhre Matahun, sepupu Raja Hayam Wuruk. Nama Tegawangi tercantum dalam Kitab Pararaton, yang meyebutkan bahwa Bre Matahun yang meninggal pada tahun 1310 Saka (1388 M) didarmakan di Tigawangi.
Candi Tegawangi menghadap ke barat, berdenah dasar bujur sangkar seluas 11,20 m dengan tinggi yang diperkirakan mencapai 4,29 m. Dengan demikian, candi yang dibangun dari batu andesit ini lebih besar ukurannya dibandingkan dengan Candi Surawana yang juga terdapat di Kediri. Kerusakan yang dialami candi ini lebih parah dibandingkan dengan yang dialami Candi Surawana, karena saat ini yang masih utuh hanya batur dan sebagian kecil tubuhnya.
Pada pipi tangga terdapat pahatan yang menggambarkan pemain genderang. Bagian bawah kaki candi dihiasi panil pahatan dengan motif sulur-suluran, bunga dan gana yang dipasang berselang-seling. Dinding kaki candi dihiasi relief yang sangat halus pahatannya, yang memuat cerita dari Kidung Sudamala. Relief dengan cerita Sudamala ini menguatkan dugaan bahwa Candi Tegawangi dibangun untuk tujuan pengruwatan. Relief yang memuat kisah Sudamala terdapat juga di Candi Sukuh.
Di sudut tenggara halaman candi terdapat jajaran batu reruntuhan candi yang masih belum berhasil dikembalikan ke tempatnya semual. Di antaranya terdapat juga beberapa arca, termasuk Arca Parwati.