Candi Gumpung merupakan salah satu candi di Kompleks Situs Percandian Muara jambi. Orang yang pertama kali yang menyebut Candi Gumpung yaitu F.M Schnitger dalam laporan tahun 1937, meskipun terjadi ketidaksesuaian dengan penyebutan candi tersebut sebagai Candi Tinggi. Candi Gumpung di bagian utara di batasi oleh Parit Johor dan kebun, bagian timur oleh jalan setapak, bagian selatan oleh gedung koleksi , dan bagian barat oleh Parit Sungai Jambi dan kebun.
Menurut Boechari dalam laporannya berusaha mengetahui pertanggalan
Candi Gumpung melalui paleografi pada prasasti-prasasti emas yang ditemukan di dalam
Candi Gumpung. Tulisan pada prasasti-prasasti diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-9 s/d permulaan abad ke-10 masehi. Indikatornya diketahui dari cirri umum bentuk huruf, antara lain kcenderungan bentuk bulat dan adanya kuncir pada huruf-huruf tertentu.
Candi Gumpung memiliki halaman yang dibatasi dengan pagar keliling berbentuk bujursangkar 150 x 155 m, dan beberapa pagar pembagi ruang. Ketinggian permukaa rata-rata adalah 14,7 m dpl. Arah hadapnya timur, sesuai dengan penduduk gapura utama yang menghadap ketimur. Sedangkan ukuran candi Induk 17,9 m x 17,3 m dengan ketinggian 6,7 meter dan Candi Perwara 9,85 m x 9,75 m. candi Induk ini mempunyai sebuah penampil di bagian timur dan sebuah arca Makara yang diletakkan di bagian kanan tangga naik. Sebuah arca Pradna Paramita juga ditemukan di halaman Candi ini pada saat dilakukan pemugaran
Pada bagian dasar
Candi Gumpung ditemukan bengunan bata berbentuk kubus berukuran 6 x 8 meter. Tepat di bagian bawahnya terdapat 11 buah lubang yang disusun memencar dari titik pusat ke delapan penjuru mata angin. Lubang bagian pusat berukuran 1 x 1 meter, 4 lubang disekelilingnya berukuran 0,5 x 0,5 meter dan 4 lubang lainnya masing-masing berukuran 0,2 x 0,2 meter. Pada sisi barat laut lubang berukurab 0,2 x 0,2 meter, sedangkan sisi timur laut lubangya berukuran 0,15 x 0,15 meter. Dapat diduga bahwa sisi tenggara dan barat daya terdapat juga lubang serupa, sedangkan tentunya ada pula 4 lubang lagi pada ujung garis diagonalnya. Susunan demikian sesuai benar dengan susunan wajradhatumandala
Dari 11 lubang tersebut ditemukan pripih yang berupa kepingan emas yang sebagian besar diberikan goresan tulisan dan sebagian dipotong-potong menjadi lingkarandan gambar bunga. Temuan lainnya adalah sisa-sisa mangkuk perunggu dan sejumlah batu akik berangka jenis
Hampir keseluruhan tulisan tersebut menyebut nama dewa. 22 nama yang tercatum dalam pripih itu di awali dengan perkataan wajra. Kenyataan ini mengingatkan kepada dewa-dewa yang tergantung pada pantheon wajradhaumandala. Dari
Candi Gumpung ini didapatkan keterangan bahwa bangunan ini mengalami dua kali masa pembangunan yaitu abad XI dan abad ke XIII. Sedangkan alam fikiran yang mendasari kegiatan bangunan ini adalah agama Budha Mahayana aliran Wajradhatu