Kinkakuji (“Kuil Pavilion Emas”) adalah nama lain dari Rokuonji (“Kuil Taman Rusa”) yang merupakan sebuah kuil buddhis Zen yang sangat cantik di Kyoto, Jepang.
Sejarah
Kinkakuji dibangun pada tahun 1393 sebagai tempat peristirahatan bagi
Shogun Yoshimitsu Ashikaga (1358-1409). Dia menginginkan agar seluruh fasad luar bangunan dilapisi dengan emas, tetapi pada kenyataannya hanya mampu menutup atap ketiga dengan daun emas sebelum kematiannya.
Shogun Ashikaga hidup mewah disini padahal penduduk Kyoto pada saat itu sedang menderita kelaparan, gempa bumi dan wabah – disebutkan 1000 orang meninggal setiap harinya pada periode ini.
Setelah kematiannya, anaknya mengubah bangunan ini menjadi sebuah kuil Zen yang indah dari sekolah Rinzai dan diberinama Rokuonji. Hal ini sudah menjadi tradisi dan banyak dari kuil-kuil Kyoto yang sebelumnya adalah tempat peristirahatan para pejabat.
Kinkakuji dalam perjalanannya pernah terbakar beberapa kali selama Perang Onin. Pada tahun 1950, Pavilion Emas ini juga terbakar lagi, kali ini oleh seorang biksu fanatik. Versi fiksi dari kejadian ini diceritakan oleh Yukio Mishima pada bukunya The Temple of the Golden Pavilion tahun 1956.
Apa yang dilihat
Jantung kompleks kuil ini tentunya adalah Pavilion Emas (kinka-ku), yang terletak di pinggir sebuah danau. Layout seperti ini merupakan style Shinden dari periode Heian dan dimaksudkan untuk menggambarkan sebuah posisi antara langit dan bumi. Pemandangan kuil akan sangat menarik dan indah disaksikan pada saat air danau tenang, saat salju atau ketika hujan turun. Ini merupakan salah satu pemandangan terindah di Kyoto.
Pavilion Emas ini memiliki 3 lantai yang dikelilingi oleh balkoni, dua tingkat teratas sepenuhnya dilapisi daun emas yang berkilauan. Pada saat matahari terik, kita akan sangat sulit melihat keindahan kuil ini tampak mengenakan kacamata hitam.
Sebagai nilai tambah, Kinkakuji juga sangat penting keberadaannya karena kuil ini merupakan shariden, tempat menyimpan relik Buddha.
Lantai pertama disebut Hôsuiin (“Kuil Air Dharma”) yang dibangun dengan style shinden. Dinding-dinding yang memisahkannya dengan balkoni dibuat hanya setengah tinggi lantai, sehingga memungkinkan banyak pencahayaan dan udara segar yang memasuki ruangan.
Lantai kedua disebut Chôondô yang dibangun dengan style buke rumah-rumah samurai. Lantai kedua ini memiliki sebuah patung Dewi Kwan Im.
Lantai ketiga dibangun dengan style seperti Aula Buddha di dalam sebuah kuil Zen dan disebut sebagai Kukkyôchô. Lantai ini memiliki jendela-jendela berbentuk lingkaran dan memiliki ornamen-ornamen yang lebih banyak dibandingkan dua lantai dibawahnya. Atapnya dihiasi dengan sebuah patung emas burung phoenix Cina.